Senin, 26 Maret 2018

Makalah Sterilisasi dan Desinfeksi




MAKALAH

STERILISASI DAN DESINFEKSI
Disusun untiuk melengkapi tugas Mata Kuliah
 


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
 Lingkup bidang keperawatan memberikan asuhan keperawatan baik pada pasien yang beresiko terinfeksi atau telah terinfeksi.Pengetahuan mengenai bagaiman terjadinya infeksi sangat penting dikuasai untuk membatasi dan mencegah terjadi penyebaran infeksi dengan cara mempelajari ilmu bakteriologi, imunologi, virologi dan parasitologi yang terkandung pada ilmu mikrobiologi.
Selain itu, diperlukan juga cara untuk mengurangi atau bahkan mengatasi infeksi tersebut secara keseluruhan. Secara lebih spesifik diperlukan pula pengetahuan mendasar akan kondisi seperti apa yang bisa dijadikan lokasi atau tempat untuk melakukan asuhan kebidanan .
Perkembangan ilmu mikrobiologi telah memberikan sumbangan yang besaar bagi dunia kesehatan, dengan ditemukannya berbagai macam alat berkat penemuan beberapa ilmuan besar.  Bahwa terbukti untuk mencegah atau mengendalikan infeksi tenaga kesehatan dapat menggunakan konsep steril ataupun bersih, untuk membantu proses penyembuhan pasiennya dan lebih spesifik lagi untuk mengendalikan dan mencegah terjadinya infeksi.
Maka dari itu, kami merasa penting untuk menyusun sebuah tulisan yang membahas tentang bagaimana penerapan sterilisasi dan desinfeksi dalam makalah ini.Juga bagaimana aplikasinya dalam keseharian dunia keperawatan.

1.2 Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi?
2.    Apa tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi?
3.    Bagaimana metode Sterilisasi dan Desinfeksi?
4.    Apa saja alat yang di Sterilisasi dan Desinfeksi?
5.    Apa perbedaan antara Sterilisasi dan Desinfeksi?
6.    Bagaimana aplikasi sterilisasi dan desinfeksi dalam keseharian dunia kesehatan dan keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
  1. Mengetahui pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi.
  2. Mengetahui tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi.
  3. Mengetahui metode Sterilisasi dan Desinfeksi.
  4. Mengetahui alat yang di Sterilisasi dan Desinfeksi.
  5. Mengetahui perbedaan antara Sterilisasi dan Desinfeksi.
  6. Mengetahui aplikasi sterilisasi dan desinfeksi dalam keseharian dunia kesehatan dan keperawatan.



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Sterilisasi dan Desinfeksi
  1. Pengertian Sterilisasi
Makna harfiah kata sterilisasi adalah: “menghancurkan semua bentuk kehidupan. Sehingga sterilisasi adalah suatu proses pemusnahan semua bentuk mikroorganisme, baik yang berbentuk vegetative maupun yang berbentuk spora. Mikroorganisme yang dimasud dapat berupa kuman, virus, ricketsia maupun jamur. Jadi produk steril telah bebas dari semua jenis mikroorganisme hidup.
Istilah hidup disini perlu diperhatikan karena ada produk steril yang masihmengandung mikroorganisme tetapi telah mati, misalnya hasil sterilisasi dengan pemanasan ataupun dengan memakai gas. Khusus untuk produk steril hasil sterilisasi dengan penyaringan, sama sekali tidak terdapat mikroorganisme karena telah dipisahkan secara fisika dan tertinggal di dalam filter.
  1. Pengertian Desinfeksi
Disinfektan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau kuman penyakit lainnya. Disinfektan digunakan untuk membunuh mikroorganisme pada benda mati.
Disinfeksi adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
2.2 Tujuan Sterilisasi dan Desinfeksi
Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfeksi tersebut adalah
1.    Mencegah terjadinya infeksi
2.    Mencegah makanan menjadi rusak
3.    Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri
4.    Mencegah kontaminasi terhadap bahan- bahan yg dipakai dalam melakukan biakan murni.

2.3 Metode Sterilisasi dan Desinfeksi
  1. Sterilisasi
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1.  Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
Menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan antibiotik.
2.  Sterilisasi secara fisik
Dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran
§  Pemanasan
-       Pemijaran (dengan api langsung)
-       Panas kering
-       Uap air panas
-       Uap air panas bertekanan
§  Pasteurisasi
Pertama dilakukan oleh Pasteur, Digunakan pada sterilisasi susu, membunuh kuman: tbc, brucella, Streptokokus, Staphilokokus, Salmonella, Shigella dan difteri Suhu 65 C/ 30 menit
§  Penyinaran dengan sinar UV
§  Sinar  ion bersifat hiperaktif
3.  Sterilisasi dengan Cara Kimia
§ Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada disinfeksi kimia
-  Rongga (space)
-  Sebaiknya bersifat membunuh (germisid)
-  Waktu (lamanya) disinfeksi harus tepat
-  Pengenceran harus sesuai dengan anjuran
-  Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat mudah menguap
-  Sebaiknya menyediakan hand lation merawat tangan setelah berkontak dengan disinfekstan.
§ Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi dengan cara kimia
-  Jenis bahan yang digunakan
-  Konsentrasi bahan kimia
-  Sifat Kuman
-  pH
-  Suhu
§ Zat Kimia yang sering digunakan untuk sterilisasi kimia
-  Alkohol
-  Halogen (Mengoksidasi protein kuman)
-  Yodium (Konsentrasi yang tepat tidak mengganggu kulit)
-  Klorin (Desinfeksi ruangan, permukaan serta alat non bedah)
-  Fenol (as. Karbol), mempresipitasikan protein secara aktif.
-  Peroksida (H2O2) efektif dan nontoksid
-  Gas Etilen Oksida (mensterilkan bahan yang terbuat dari plastik)

  1.  Desinfeksi
      Macam-macam desinfektan yang digunakan :
1.    Alkohol
Etil alkohol atau propil alkohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi unguk mendesinfeksi permukaan, namun ADA tidak menganjurkkan pemakaian alkohol untuk mendesinfeksi permukaan oleh karena cepat menguap tanpa meninggalkan efek sisa.
2.    Aldehida
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang populer pada kedokteran gigi, baik tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan, diulas dengan kasa steril kemudian diulas kembali dengan kasa steril yang dibasahi dengan akuades, karena glutaraldehid yang tersisa pada instrumen dapat mengiritasi kulit/mukosa, operator harus memakai masker, kacamata pelindung dan sarung tangan heavy duty. Larutan glutaraldehid 2% efektif terhadap bakteri vegetatif seperti M. tuberculosis, fungi, dan virus akan mati dalam waktu 10-20 menit, sedang spora baru alan mati setelah 10 jam.
3.    Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh dari biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang kedokteran gigi sebagai antiseptik dan kontrok plak, misalnya 0,4% larutan pada detergen digunakan pada surgical scrub (Hibiscrub), 0,2% klorheksidin glukonat pada larutan air digunakan sebagai bahan antiplak (Corsodyl) dan pada konsentrasi lebih tinggi 2% digunakan sebagai desinfeksi geligi tiruan. Zat ini sangat aktif terhadap bakteri Gram(+) maupun Gram(-). Efektivitasnya pada rongga mulut terutama disebabkan oleh absorpsinya pada hidroksiapatit dan salivary mucus.
4.    Senyawa halogen.
Hipoklorit dan povidon-iodin adalah zat oksidasi dan melepaskan ion halide.Walaupun murah dan efektif, zat ini dapat menyebabkan karat pada logam dan cepat diinaktifkan oleh bahan organik (misalnya Chloros, Domestos, dan Betadine).
5.    Fenol
     Larutan jernih, tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organik. Zat ini bersifat virusidal dan sporosidal yang lemah.Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini, banyak digunakan di rumah sakit dan laboratorium.
6.    Klorsilenol
Klorsilenol merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptik, aktifitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan (misalnya Dettol).

2.4  Perbedaan antara Sterilisasi dan Desinfeksi
Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat, bahan, media, dan lain-lain) dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang a patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Sedangkan desinfeksi adalah, membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalam membunuh mikroorganisme patogen.
Dari kedua pengertian di atas bisa kita simpulkan, jika sterilisasi dan desinfeksi memiliki perbedaan yang khas, walaupun tetap memiliki tujuan yang sama.  Namun sterilisasi memiliki guna yang lebih besar, dan desinfeksi secara khusus membunuh kuman penyebab penyakit.

2.5 Aplikasi Sterilisasi dan Desinfeksi dalam Keseharian Dunia Kesehatan dan Keperawatan
Sterilisasi merupakan upaya pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikrobayang dilakukan dirumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi. Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman pathogen atau apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus, stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahan kimia. Jenis sterilisasi antara lain sterilisasi cepat, sterilisasi panas kering, sterilisasi gas (formalin, H2O2).
Teknik steril biasanya di gunakan dalam ruangan operasi dan ruang bersalin, selain menggunakan teknik steril pada tempaat tidur pasien untuk prosedur invasive sepeti:
a.    Mengisap jalan napas pasien
b.    Memasukkan kateter urinarius
c.    Mengganti balutan luka
d.    Sanitasi lingkungan rumah sakit. Tujuan sanitasi lingkungan ialah membunuh atau menyingkirkan pencemaran oleh mikrobe dari permukaan.
e.    Universal Precaution. Setiap tenaga medis harus menyadari bahwa semua pasien berpotensi menularkan berbagai penyakit.
f.     Cuci Tangan. Selain itu selalu gunakan alat pelindungan diri secara lengkap ketika melakukan prosedur invasive, ataupun bedah. Seperti:        Gown/barakschort
Masker
Sarung Tangan
Kaca mata pelindung/goggles
g.    Pengolaan Sampah Medis Dan Air Limbah. Perlu diatur sedemikian rupa agar alat atau ruang tetap bersih atau steril,tidak berdekatan dengan limbah atau sampah medis. Membakar sampah medis sampai menjadi arang.

h.    Sterilisasi Dan Desinfeksi Alat-Alat Medis
·         Desinfekatan
                               i.    Aseptik/Asepsis, suatu istilah umum yg digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi untuk mencegah masuknya mikroorganisem ke dalam area tubuh manapun yg sering menyebabkan infeksi.
Tujuannya untuk mengurangi jumlah mikroorganisme baik pada permukaan hidup maupun benda mati agar alat-alat kesehatan dapat dengan aman digunakan.
                               ii.   Antisepsis, proses menurunkan jumlah mikroorganisme pada kulit, selaput lendir atau bagian tubuh lainnya dengan menggunakan bahan antimikrobial (antiseptik)
                              iii.   Desinfeksi Tingkat Tinggi (DTT), proses yg menghilangkan semua mikroorganisme kecuali beberapa endospora bakteri pada benda mati dengan merebus, mengukus atau penggunaan desinfektan kimia
·         Sterilisasi
Upaya  pembunuhan atau penghancuran semua bentuk kehidupan mikroba yg dilakukan di RS melalui proses fisik maupun kimiawi. Proses yang menghilangkan semua mikroorganisem (bakteri, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora bakteri pada benda mati dengan uap air panas tekanan tinggi (otoclaf), panas kering (oven), sterilan kimia atau radiasi.
                                      i.    Pemprosesan Alat
                                    ii.    Dekontaminasi, proses yang membuat benda mati lebih aman ditangani staff sebelum dibersihkan. Tujuan ini agar benda mati ditangani oleh petugas kesehatan secara aman, terutama petugas pembersih medis sebelum pencucian berlangsung.
                                   iii.    Pencucian atau bilas, prosesnya terdiri dari mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air, membilas dengan air bersih dan mengeringkannya.
                                   iv.    Sterilisasi atau DTT.

Makalah Hubungan Nilai Sosial Budaya Bangsa Indonesia Dengan Etika Keperawatan




Disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
 “Etika Dalam Keperawatan”

 BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Perawat adalah seorang tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan  kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat  harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan keperawatan.

Menjadi perawat merupakan pekerjaan yang tidaklah mudah, karena  dalam memberikan asuhan keperawatan kita selalu menghadapi pasien yang berbeda-beda baik dari penyakitnya, sifatnya, tingkat emosinya dan lainnya. Untuk itu, diperlukan sikap sabar dan etika yang luar biasa tentunya lebih baik dari orang lain yang bukan seorang perawat. Sikap ini diperlukan agar saat pasien  kontak dengan kita merasa nyaman dan tenang, sehingga tercipta hubungan yang baik. Dari hubungan yang baik itu, diharapkan proses pemberian asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sangat baik yang nantinya akan berpengaruh pada proses penyembuhan yang bisa lebih cepat.

Etika dan nilai budaya Bangsa Indonesia mutlak diperlukan dalam profesi keperawatan agar pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat maksimal. Bukan hanya dari perawatan medis tapi juga perawatan non medis yang akan membuat pasien nyaman. Penerapan etika keperawatan yang dilaksanakan dengan sebenarnya akan memberikan dampak yang baik bagi nama rumah sakit itu sehingga  banyak orang  datang untuk berobat. Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-nilai moral dalam setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai dan menerapkan prinsip-prinsip moral dan nilai sosial budaya.



1.2 Rumusan Masalah 
  1. Apa pengertian Nilai, Sosial dan Budaya ?
  2.  Bagaimana Nilai, Sosial dan Budaya Bangsa Indonesia dikaitkan dengan Etika Keperawatan? 
  3. Bagaimana penerapan etika keprawatan dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya?
  4. Bagaimana sikap propesional perawat yang dapat dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya?
  5. Bagaimana Hubungan Nilai Sosial dan Budaya dengan Etika Keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulis membuat makalah ini pembaca dapat mengetahui:

  1. Pengertian Nilai, Sosial dan Budaya.
  2. Nilai, Sosial dan Budaya di Indonesia dikaitkan dengan Etika Keperawatan.
  3. Penerapan etika keperawatan dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya.
  4. Sikap profesional perawat yang dapat dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya.
  5. Hubungan Nilai Sosial dan Budaya dengan Etika Keperawatan.


BAB II

PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Nilai, Sosial, Budaya

 Definisi  “Nilai” menurut para ahli:

a. Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran keindahan dan penghargaan dari suatu pemikiran objek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna kehidupan seseorang (Simon, 1973)

b. Nilai adalah gagasan mengenai apakah sesuatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti (Horton dan Hunt, 1987)

c. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga kebenaran atau keinginan mengenai ide-ide, objek, atau perilaku khusus (Znowski, 1974). Nilai-nilai tersebut bersifat pribadi timbul dari pengalaman seseorang dan akan berbeda untuk setiap orang.

            Menurut kami nilai adalah hak-hak manusia dalam mempertimbangan etis atau yang berkaitan dengan sikap baik tidaknya seseorang. Contohnya yaitu orang menganggap bahwa menolong bernilai baik dan mencuri bernilai buruk.

Nilai yang sangat diperlukan oleh seorang perawat yaitu:

1.    Jujur

2.    Lemah lembut

3.    Ketepatan dalam tindakan

4.    Menghargai orang lain

Sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain sebagai obyek baik nyata ataupun abstrak. Contohnya ialah sikap tindakan dan perilaku individu di masyarakat selalu mendapat perhatian dan berbagai macam penilaian.

Budaya adalah hasil budidaya manusia yang berupa karya, karsa, cipta dan rasa. Sehingga setiap perawat memiliki nilai dan perilaku pribadi masing-masing. Kode etika profesi membawa perubahan perilaku personal kepada perilaku profesional dan menjadi pedoman bagi tanggung jawab perorangan sebagai anggota profesi dan tanggungjawab sebagai warga negara. Tanggung jawab  propesional berdasarkan anggapan bahwa profesi keperawatan berkerja sama dengan kelompok asuhan  kesehatan (kelompok asuhan yang dimaksud adalah profesi dokter, ahli gizi, tenaga farmasi , tenaga laboratorium, kesehatan lingkungan dan lain-lain). Untuk meningkatkan kesehatan, mengurangi penderitan, dan menemukan pencapaian tujuan berdasarkan kebutuhan manusiawi. Setiap perawatan harus bertanggung jawab kepada seseorang yang sakit maupun yang sehat.


2.2 Nilai, Sosial, Budaya Bangsa Indonesia Dikaitkan dengan Etika Keperawatan

            Nilai Sosial Budaya Bangsa Indonesia meliputi:

  • Rasa malu dan Harga Diri

Sebagai seorang perawat harus memiliki rasa malu dan harga diri. Dalam kaitannya dengan etika keperawatan, perawat harus memiliki rasa malu jika bertingkah atau bersikap tidak sewajarnya di rumah sakit seperti berkelahi, menggosip, tertawa dengan keras dan lain-lain. Serta mampu menjaga harga dirinya artinya menjaga kehormatannya baik untuk dirinya sendiri maupun untuk nama baik dari Rumah Sakit tempat dia bekerja, tidak melakukan tindakan asusila, tidak memakai baju seragam perawat dibawa untuk jalan-jalan dengan kekasih dan lainnya.

  • Kerja Keras

Perawat yang baik adalah seseorang yang mampu dan suka bekerja keras terutama dalam proses keperawatan seperti,  pengkajian, analisa dan diagnosa keperawatan,  perencanaan, implementsi dan evaluasi. Semua proses keperawatan itu harus dikerjakan secara maksimal agar askep yang diberikan dapat maksimal dan sesuai dengan kebutuhan pasien, untuk mendapatkan hasil yang maksimal tersebut seorang perawat harus bekerja keras dalam melaksanakan tugasnya dan tidak pernah merasa lelah ataupun mengeluh.

  • Rajin dan Disiplin

Perawat dalam melaksanakan pekerjaannya harus rajin dan disiplin dalam arti tidak boleh meninggalkan tugas tanpa izin atau tanpa keterangan apapun juga harus disiplin baik disiplin waktu yaitu datang tepat waktu agar pasien tidak terbengkalai dan askep yang diberikan dapat sesuai rencana, dan disiplin dalam memberikan askep obat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien.

  •  Menghargai

Sebagai seorang perawat kita tidak boleh bersikap angkuh, sombong judes kita harus menghargai pasien sebagaimana kita menghargai kedua orang tua kita, karena kita akan lebih dihargai pasien jika kita menghargai mereka.

  • Empati

Sikap Empati adalah sikap bisa memahami perasaan pasien dan keluarganya, mengerti apa yang sedang dirasakan pasien sekalipun itu perasaan yang sedih mendalam. Tetapi kita tidak boleh ikut larut dalm kesedihan tugas perawat adalah menenangkan dan memberikan keyakinan serta semangat baik kepada pasien maupun keluarga bahwa sakit pasien tersebut akan segera sembuh.

  • Sabar dan Syukur

Dalam menjalankan tugas seorang perawat dituntut memiliki sifat sabar yang tinggi karena setiap pasien memiliki karakteristik yang berbeda-beda ada yang emosional, ada yang cerewet. Jadi dalam menghadapi semua itu sebagai perawat harus menghadapinya dengan penuh kesabaran.

  • Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya, seorang perawat yang memiliki etika akan dapat dipercaya baik oleh pasien, keluarga pasien dan rekan kerja perawat yang lain. Untuk menumbuhkan sikap kepercayaan atau amanah, seorang perawat harus mulai bersikap jujur baik kepada pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya agar askep yang diberikan dapat maksimal.

  • Solidaritas

Memiliki rasa solidaritas tinggi akan mempermudah pekerjaan perawat itu sendiri. Rasa solidaritas adalah rasa yang timbul dalam diri seseorang untuk merasakan sakit atau penderitaan seorang sehingga timbul keinginan untuk membantu. Perawat harus memiliki rasa solidaritas tinggi agar peka terhadap permasalahan pasienya.

  • Keadilan dan Budi Pekerti Tinggi

Sebagai seorang perawat kita harus bersikap adil terhadap pasien dengan memperlakukan sama baik kaya, miskin, seagama maupun beda agama, sesuku tidak sesuku, semuanya sama. Menghargai pasien dengan cara bicara yang lembut, sopan, tidak membentak-bentak dan sikap ini tidak hanya dilakukan  kepada pasien tapi juga keluarganya. Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk kepribadian yang  baik. Bagi anggota perawat, kepribadian yang baik adalah penting, karena perawat  adalah seorang yang memberikan pelayanan atau perawatan baik terhadap orang sakit maupun terhadap orang sehat. Perawatan bukan saja merupakan keahlian untuk  sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga merupakan pekerjaan yang suci.

  • Gotong Royong

Gotong Royong merupakan kerjasama. Ini adalah budaya Indonesia yang sangat dihargai oleh masyarakat luar negeri. Dalam kaitannya dengan etika keperawtan gotong royong disini merupakan kolaborasi atau kerja sama dengan tim kesehatan lainnya di Rumah Sakit. Tidak mungkin askep yang diberikan berjalan dengan baik tanpa kolaborasi yang baik dari tim kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi dan lain sebagainya.

  •  Adat Ketimuran
Berpakaian sopan, bicara lemah-lembut. Bersikap sopan merupakan adat ketimuran yang harus diterapkan dalam etika keperawatan. Dengan berpakaian dan berbicara sopan itu semua akan meningkatkan derajat dan status sosial kita di masyarakat, sehingga kita akan dipandang secara terhormat.
2.3 Penerapan Etika Keperawatan dalam Nilai Sosial Budaya

Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat diharapkan harus ramah, baik bertabiat halus atau lembut, jujur dapat dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggungjawab moral yang perilng baik. Perawat harus berperilaku yang dapat dihargai orang lain, menyadari bahwa dirina adalah perawat yang perilakunya akan mengetahui pasien,teman, keluarga, dan masyarakat. Apabila perilakunya tidak diterima, dia akan dikritik oleh teman sejawat atau masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin saling menghormati dan menghargai diantara keduanya.

Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan.

Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti yang saling berhubungan, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan.

            Selain dengan tujuan tersebut, dapat dikemukakan bahwa nama baik Rumah Sakit antara lain ditentukan oleh pendapat atau kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat.


2.4 Sikap Profesional Perawat Dikaitkan dengan Nilai Sosial Budaya

         Perawat menggambarkan persaudaran penting dalam tanggung jawab sosial. Setiap oarang paling tidak mempunyai seorang teman dekat dan beberapa teman biasa. Teman adalah seorang yang membantu kita dalam mengerjakan sesuatu. Persahabatan sangat penting dalam kehidupan, diperlukan untuk membantu kita menjadi seseorang yang kita kehendaki. Teman adalah seseorang yang kita banggakan membuat kita senang, dan kepada siapa kita bertukar pengetahuan.

         Dalam keperawatan, merupakan perilaku yang tidak benar apabila membayangkan orang lain yang menjadi tanggung jawab. Kadang–kadang ada perbedaan anggapan tentang perilaku yang baik, tetapi kebanyakan akan setuju apabila seseorang mempertahankan standar profesi yang akan membawa dirinya dalam situasi professional. Keberhasilan perawat dalam keperawatan bergantung pada konsep diri dan tuanya menjadi perawat. Kemampuan intektual perawat sangat penting. Kemampuan ini diukur dengan barbagai cara perawat memenuhi tanggung jawab keperawatan.

        Intergritas pribadi sangat penting dalam keperawatan, semua orang harus jujur kepada dirinya sendri. Ini memberikan dasar integritas dalam kehidupan profesionalnya. Akan ada kemungkinan terjadi kesalahan. Orang yang berhati besar mengakui kesalahanya, tetapi orang berhati kecil tidak akan mengatakan apa-apa, tetapi bertahun tahun akan menderita karena perasaan bersalah. Apabila perawat membuat kekeliruan, sebaiknya dibicarakan dengan orang yang tepat dan tentukan pengetahuan , keterampilan atau sikap yang mendasari terjadinya kekeliruan.



2.5 Hubungan Nilai Sosial Budaya dengan Etika Keperawatan

            Hubungan dengan budaya Indonesia menganut kebiasaan timur, saling menghormati terutama kepada orang yang lebih tua, baik tua dalam usia , dalam pengalaman, dalam pendidikan, maupun dalam kedudukan.

            Masyarakat Indonesia terkenal sangat ramah,  mempunyai sifat gotong royong, keberhasilan dalam pergaulan akan terarah pada diri kita masing-masing. Kita tidak bisa memanggil nama orang dengan “nama saja” kepada orang yang belum banyak dikenal pasien kita, lebih-lebih pada orang yang lebih tua. Hendaknya memangil orang dengan predikat yang telah umum digunakan di daerah setempat agar lebih akrab, misalnya dengan memanggil “ Mbak” untuk wanita  dan “Mas” untuk pria, memangil “Ibu” atau “Bapak” kepada wanita dan pria yang lebih tua  di daerah Jawa. Begitu pula di daerah lain, bisanya panggilan “Bapak” dan “Ibu” diterima juga di daerah lain untuk yang muda maupun yang tua.

            Penghargaan jasa kecil apapun harus diberikan, misalnya dengan ucapan “terima kasih” terhadap tindakan yang memantu kita. Komunikasi dimulai ketika bertemu denga orang lain. Banyak bahan untuk memulai komunikasi , misalnya mengucapkan “ Selamat pagi” atau “Selamat siang” atau “Selamat malam”, sesuai dengan waktu pertemuan perawat dan pasien. Perawat yang lebih muda biasanya   menghargai atasan atau seniornya dengan berbagai cara, misalnya menundukkan kepala dan menyapa ketika berpapasan, sopan santun, mendahulukan mereka untuk lewat atau memberikan mereka tempat duduk yang lebih depan, memberikan kesempatan mereka berbicara lebih dahulu dan lain-lain.




BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Dari uraian-uraian diatas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan. Bahwa, nilai-nilai sosial budaya bangsa (NSB) dapat menjadi landasan bagi pembentukan karakter dan etika profesi keperawatan. Etika keperawatan merupakan penuntun bagi perawat tentang bagaimana harus bertingkah laku dalam praktek sehari-hari. Berkembangnya nilai-nilai sosial budaya bangsa kearah yang positif akan memberikan perkembangan yang positif pula.     

            Peran etika keperawatan sangat berkaitan  dengan nilai sosial budaya. Seorang perawat dalam menghadapi pasien, harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah manusia juga. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat diharapkan harus ramah, baik berbuat halus dan lembut, jujur dapat dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggung jawab moral yang paling baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien.

3.2 Saran

Seorang perawat yang pertama harus mencintai pekerjaannya. Perawat harus mempunyai kepribadian yang baik.Perawat sebisa mungkin menjalin komunikasi dengan pasien, sehingga bisa terjalin hubungan yang akrab diantara keduanya. Perawat harus bisa menempatkan diri dimana ia berada. Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, menjadikan hubungan perawat dan pasien terjalin dengan baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadilah interaksi perawat dan pasien.

DAFTAR PUSTAKA




Andrews, MM (1999). Keragaman budaya dalam tenaga kerja perawatan kesehatan. Dalam MA Andrews & JS Boyle, konsep Transcultural dalam asuhan keperawatan (3 rd ed, pp 471-506.). Philadelphia: Lippincott.

Bellack, JP, & O'Neil, EH (2000). Menciptakan praktek keperawatan bagi abad baru. Rekomendasi dan implikasi dari laporan akhir PPS kesehatan profesi komisi Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 14-21.

Davis, AJ (1999). Global pengaruh keperawatan Amerika: Beberapa isu-isu etis Etika Keperawatan:. Sebuah Jurnal Internasional untuk Profesional Kesehatan, 6 (2), 118-125.

Donnelly, PL (2000). Etika dan lintas budaya keperawatan. Journal of Transcultural Nursing, 11 (2), 119-126.

Heller, BR, Oros, MT, & Durney-Crowley, J. (2000). Masa depan pendidikan keperawatan: 10. Tren untuk menonton Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 9-13.

(Indonesia) Soeroto, A. Florence Nightingale, Bidadari Berlampu. Penerbit Djambatan. Seri "Kisah orang-orang yang telah berjasa". Cetakan pertama 1974. ISBN 979-428-073-9.