Senin, 26 Maret 2018

Makalah Hubungan Nilai Sosial Budaya Bangsa Indonesia Dengan Etika Keperawatan




Disusun untuk melengkapi tugas Mata Kuliah
 “Etika Dalam Keperawatan”

 BAB I

PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang

Perawat adalah seorang tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan  kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat  harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan keperawatan.

Menjadi perawat merupakan pekerjaan yang tidaklah mudah, karena  dalam memberikan asuhan keperawatan kita selalu menghadapi pasien yang berbeda-beda baik dari penyakitnya, sifatnya, tingkat emosinya dan lainnya. Untuk itu, diperlukan sikap sabar dan etika yang luar biasa tentunya lebih baik dari orang lain yang bukan seorang perawat. Sikap ini diperlukan agar saat pasien  kontak dengan kita merasa nyaman dan tenang, sehingga tercipta hubungan yang baik. Dari hubungan yang baik itu, diharapkan proses pemberian asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sangat baik yang nantinya akan berpengaruh pada proses penyembuhan yang bisa lebih cepat.

Etika dan nilai budaya Bangsa Indonesia mutlak diperlukan dalam profesi keperawatan agar pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat maksimal. Bukan hanya dari perawatan medis tapi juga perawatan non medis yang akan membuat pasien nyaman. Penerapan etika keperawatan yang dilaksanakan dengan sebenarnya akan memberikan dampak yang baik bagi nama rumah sakit itu sehingga  banyak orang  datang untuk berobat. Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-nilai moral dalam setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai dan menerapkan prinsip-prinsip moral dan nilai sosial budaya.



1.2 Rumusan Masalah 
  1. Apa pengertian Nilai, Sosial dan Budaya ?
  2.  Bagaimana Nilai, Sosial dan Budaya Bangsa Indonesia dikaitkan dengan Etika Keperawatan? 
  3. Bagaimana penerapan etika keprawatan dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya?
  4. Bagaimana sikap propesional perawat yang dapat dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya?
  5. Bagaimana Hubungan Nilai Sosial dan Budaya dengan Etika Keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penulis membuat makalah ini pembaca dapat mengetahui:

  1. Pengertian Nilai, Sosial dan Budaya.
  2. Nilai, Sosial dan Budaya di Indonesia dikaitkan dengan Etika Keperawatan.
  3. Penerapan etika keperawatan dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya.
  4. Sikap profesional perawat yang dapat dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya.
  5. Hubungan Nilai Sosial dan Budaya dengan Etika Keperawatan.


BAB II

PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Nilai, Sosial, Budaya

 Definisi  “Nilai” menurut para ahli:

a. Nilai adalah seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran keindahan dan penghargaan dari suatu pemikiran objek atau perilaku yang berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna kehidupan seseorang (Simon, 1973)

b. Nilai adalah gagasan mengenai apakah sesuatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti (Horton dan Hunt, 1987)

c. Nilai adalah keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga kebenaran atau keinginan mengenai ide-ide, objek, atau perilaku khusus (Znowski, 1974). Nilai-nilai tersebut bersifat pribadi timbul dari pengalaman seseorang dan akan berbeda untuk setiap orang.

            Menurut kami nilai adalah hak-hak manusia dalam mempertimbangan etis atau yang berkaitan dengan sikap baik tidaknya seseorang. Contohnya yaitu orang menganggap bahwa menolong bernilai baik dan mencuri bernilai buruk.

Nilai yang sangat diperlukan oleh seorang perawat yaitu:

1.    Jujur

2.    Lemah lembut

3.    Ketepatan dalam tindakan

4.    Menghargai orang lain

Sosial adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan orang lain sebagai obyek baik nyata ataupun abstrak. Contohnya ialah sikap tindakan dan perilaku individu di masyarakat selalu mendapat perhatian dan berbagai macam penilaian.

Budaya adalah hasil budidaya manusia yang berupa karya, karsa, cipta dan rasa. Sehingga setiap perawat memiliki nilai dan perilaku pribadi masing-masing. Kode etika profesi membawa perubahan perilaku personal kepada perilaku profesional dan menjadi pedoman bagi tanggung jawab perorangan sebagai anggota profesi dan tanggungjawab sebagai warga negara. Tanggung jawab  propesional berdasarkan anggapan bahwa profesi keperawatan berkerja sama dengan kelompok asuhan  kesehatan (kelompok asuhan yang dimaksud adalah profesi dokter, ahli gizi, tenaga farmasi , tenaga laboratorium, kesehatan lingkungan dan lain-lain). Untuk meningkatkan kesehatan, mengurangi penderitan, dan menemukan pencapaian tujuan berdasarkan kebutuhan manusiawi. Setiap perawatan harus bertanggung jawab kepada seseorang yang sakit maupun yang sehat.


2.2 Nilai, Sosial, Budaya Bangsa Indonesia Dikaitkan dengan Etika Keperawatan

            Nilai Sosial Budaya Bangsa Indonesia meliputi:

  • Rasa malu dan Harga Diri

Sebagai seorang perawat harus memiliki rasa malu dan harga diri. Dalam kaitannya dengan etika keperawatan, perawat harus memiliki rasa malu jika bertingkah atau bersikap tidak sewajarnya di rumah sakit seperti berkelahi, menggosip, tertawa dengan keras dan lain-lain. Serta mampu menjaga harga dirinya artinya menjaga kehormatannya baik untuk dirinya sendiri maupun untuk nama baik dari Rumah Sakit tempat dia bekerja, tidak melakukan tindakan asusila, tidak memakai baju seragam perawat dibawa untuk jalan-jalan dengan kekasih dan lainnya.

  • Kerja Keras

Perawat yang baik adalah seseorang yang mampu dan suka bekerja keras terutama dalam proses keperawatan seperti,  pengkajian, analisa dan diagnosa keperawatan,  perencanaan, implementsi dan evaluasi. Semua proses keperawatan itu harus dikerjakan secara maksimal agar askep yang diberikan dapat maksimal dan sesuai dengan kebutuhan pasien, untuk mendapatkan hasil yang maksimal tersebut seorang perawat harus bekerja keras dalam melaksanakan tugasnya dan tidak pernah merasa lelah ataupun mengeluh.

  • Rajin dan Disiplin

Perawat dalam melaksanakan pekerjaannya harus rajin dan disiplin dalam arti tidak boleh meninggalkan tugas tanpa izin atau tanpa keterangan apapun juga harus disiplin baik disiplin waktu yaitu datang tepat waktu agar pasien tidak terbengkalai dan askep yang diberikan dapat sesuai rencana, dan disiplin dalam memberikan askep obat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pasien.

  •  Menghargai

Sebagai seorang perawat kita tidak boleh bersikap angkuh, sombong judes kita harus menghargai pasien sebagaimana kita menghargai kedua orang tua kita, karena kita akan lebih dihargai pasien jika kita menghargai mereka.

  • Empati

Sikap Empati adalah sikap bisa memahami perasaan pasien dan keluarganya, mengerti apa yang sedang dirasakan pasien sekalipun itu perasaan yang sedih mendalam. Tetapi kita tidak boleh ikut larut dalm kesedihan tugas perawat adalah menenangkan dan memberikan keyakinan serta semangat baik kepada pasien maupun keluarga bahwa sakit pasien tersebut akan segera sembuh.

  • Sabar dan Syukur

Dalam menjalankan tugas seorang perawat dituntut memiliki sifat sabar yang tinggi karena setiap pasien memiliki karakteristik yang berbeda-beda ada yang emosional, ada yang cerewet. Jadi dalam menghadapi semua itu sebagai perawat harus menghadapinya dengan penuh kesabaran.

  • Amanah

Amanah artinya dapat dipercaya, seorang perawat yang memiliki etika akan dapat dipercaya baik oleh pasien, keluarga pasien dan rekan kerja perawat yang lain. Untuk menumbuhkan sikap kepercayaan atau amanah, seorang perawat harus mulai bersikap jujur baik kepada pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya agar askep yang diberikan dapat maksimal.

  • Solidaritas

Memiliki rasa solidaritas tinggi akan mempermudah pekerjaan perawat itu sendiri. Rasa solidaritas adalah rasa yang timbul dalam diri seseorang untuk merasakan sakit atau penderitaan seorang sehingga timbul keinginan untuk membantu. Perawat harus memiliki rasa solidaritas tinggi agar peka terhadap permasalahan pasienya.

  • Keadilan dan Budi Pekerti Tinggi

Sebagai seorang perawat kita harus bersikap adil terhadap pasien dengan memperlakukan sama baik kaya, miskin, seagama maupun beda agama, sesuku tidak sesuku, semuanya sama. Menghargai pasien dengan cara bicara yang lembut, sopan, tidak membentak-bentak dan sikap ini tidak hanya dilakukan  kepada pasien tapi juga keluarganya. Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk kepribadian yang  baik. Bagi anggota perawat, kepribadian yang baik adalah penting, karena perawat  adalah seorang yang memberikan pelayanan atau perawatan baik terhadap orang sakit maupun terhadap orang sehat. Perawatan bukan saja merupakan keahlian untuk  sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga merupakan pekerjaan yang suci.

  • Gotong Royong

Gotong Royong merupakan kerjasama. Ini adalah budaya Indonesia yang sangat dihargai oleh masyarakat luar negeri. Dalam kaitannya dengan etika keperawtan gotong royong disini merupakan kolaborasi atau kerja sama dengan tim kesehatan lainnya di Rumah Sakit. Tidak mungkin askep yang diberikan berjalan dengan baik tanpa kolaborasi yang baik dari tim kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi dan lain sebagainya.

  •  Adat Ketimuran
Berpakaian sopan, bicara lemah-lembut. Bersikap sopan merupakan adat ketimuran yang harus diterapkan dalam etika keperawatan. Dengan berpakaian dan berbicara sopan itu semua akan meningkatkan derajat dan status sosial kita di masyarakat, sehingga kita akan dipandang secara terhormat.
2.3 Penerapan Etika Keperawatan dalam Nilai Sosial Budaya

Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat diharapkan harus ramah, baik bertabiat halus atau lembut, jujur dapat dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggungjawab moral yang perilng baik. Perawat harus berperilaku yang dapat dihargai orang lain, menyadari bahwa dirina adalah perawat yang perilakunya akan mengetahui pasien,teman, keluarga, dan masyarakat. Apabila perilakunya tidak diterima, dia akan dikritik oleh teman sejawat atau masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin saling menghormati dan menghargai diantara keduanya.

Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan.

Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti yang saling berhubungan, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah-pisahkan.

            Selain dengan tujuan tersebut, dapat dikemukakan bahwa nama baik Rumah Sakit antara lain ditentukan oleh pendapat atau kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat.


2.4 Sikap Profesional Perawat Dikaitkan dengan Nilai Sosial Budaya

         Perawat menggambarkan persaudaran penting dalam tanggung jawab sosial. Setiap oarang paling tidak mempunyai seorang teman dekat dan beberapa teman biasa. Teman adalah seorang yang membantu kita dalam mengerjakan sesuatu. Persahabatan sangat penting dalam kehidupan, diperlukan untuk membantu kita menjadi seseorang yang kita kehendaki. Teman adalah seseorang yang kita banggakan membuat kita senang, dan kepada siapa kita bertukar pengetahuan.

         Dalam keperawatan, merupakan perilaku yang tidak benar apabila membayangkan orang lain yang menjadi tanggung jawab. Kadang–kadang ada perbedaan anggapan tentang perilaku yang baik, tetapi kebanyakan akan setuju apabila seseorang mempertahankan standar profesi yang akan membawa dirinya dalam situasi professional. Keberhasilan perawat dalam keperawatan bergantung pada konsep diri dan tuanya menjadi perawat. Kemampuan intektual perawat sangat penting. Kemampuan ini diukur dengan barbagai cara perawat memenuhi tanggung jawab keperawatan.

        Intergritas pribadi sangat penting dalam keperawatan, semua orang harus jujur kepada dirinya sendri. Ini memberikan dasar integritas dalam kehidupan profesionalnya. Akan ada kemungkinan terjadi kesalahan. Orang yang berhati besar mengakui kesalahanya, tetapi orang berhati kecil tidak akan mengatakan apa-apa, tetapi bertahun tahun akan menderita karena perasaan bersalah. Apabila perawat membuat kekeliruan, sebaiknya dibicarakan dengan orang yang tepat dan tentukan pengetahuan , keterampilan atau sikap yang mendasari terjadinya kekeliruan.



2.5 Hubungan Nilai Sosial Budaya dengan Etika Keperawatan

            Hubungan dengan budaya Indonesia menganut kebiasaan timur, saling menghormati terutama kepada orang yang lebih tua, baik tua dalam usia , dalam pengalaman, dalam pendidikan, maupun dalam kedudukan.

            Masyarakat Indonesia terkenal sangat ramah,  mempunyai sifat gotong royong, keberhasilan dalam pergaulan akan terarah pada diri kita masing-masing. Kita tidak bisa memanggil nama orang dengan “nama saja” kepada orang yang belum banyak dikenal pasien kita, lebih-lebih pada orang yang lebih tua. Hendaknya memangil orang dengan predikat yang telah umum digunakan di daerah setempat agar lebih akrab, misalnya dengan memanggil “ Mbak” untuk wanita  dan “Mas” untuk pria, memangil “Ibu” atau “Bapak” kepada wanita dan pria yang lebih tua  di daerah Jawa. Begitu pula di daerah lain, bisanya panggilan “Bapak” dan “Ibu” diterima juga di daerah lain untuk yang muda maupun yang tua.

            Penghargaan jasa kecil apapun harus diberikan, misalnya dengan ucapan “terima kasih” terhadap tindakan yang memantu kita. Komunikasi dimulai ketika bertemu denga orang lain. Banyak bahan untuk memulai komunikasi , misalnya mengucapkan “ Selamat pagi” atau “Selamat siang” atau “Selamat malam”, sesuai dengan waktu pertemuan perawat dan pasien. Perawat yang lebih muda biasanya   menghargai atasan atau seniornya dengan berbagai cara, misalnya menundukkan kepala dan menyapa ketika berpapasan, sopan santun, mendahulukan mereka untuk lewat atau memberikan mereka tempat duduk yang lebih depan, memberikan kesempatan mereka berbicara lebih dahulu dan lain-lain.




BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

            Dari uraian-uraian diatas, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan. Bahwa, nilai-nilai sosial budaya bangsa (NSB) dapat menjadi landasan bagi pembentukan karakter dan etika profesi keperawatan. Etika keperawatan merupakan penuntun bagi perawat tentang bagaimana harus bertingkah laku dalam praktek sehari-hari. Berkembangnya nilai-nilai sosial budaya bangsa kearah yang positif akan memberikan perkembangan yang positif pula.     

            Peran etika keperawatan sangat berkaitan  dengan nilai sosial budaya. Seorang perawat dalam menghadapi pasien, harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah manusia juga. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat diharapkan harus ramah, baik berbuat halus dan lembut, jujur dapat dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggung jawab moral yang paling baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien.

3.2 Saran

Seorang perawat yang pertama harus mencintai pekerjaannya. Perawat harus mempunyai kepribadian yang baik.Perawat sebisa mungkin menjalin komunikasi dengan pasien, sehingga bisa terjalin hubungan yang akrab diantara keduanya. Perawat harus bisa menempatkan diri dimana ia berada. Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, menjadikan hubungan perawat dan pasien terjalin dengan baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadilah interaksi perawat dan pasien.

DAFTAR PUSTAKA




Andrews, MM (1999). Keragaman budaya dalam tenaga kerja perawatan kesehatan. Dalam MA Andrews & JS Boyle, konsep Transcultural dalam asuhan keperawatan (3 rd ed, pp 471-506.). Philadelphia: Lippincott.

Bellack, JP, & O'Neil, EH (2000). Menciptakan praktek keperawatan bagi abad baru. Rekomendasi dan implikasi dari laporan akhir PPS kesehatan profesi komisi Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 14-21.

Davis, AJ (1999). Global pengaruh keperawatan Amerika: Beberapa isu-isu etis Etika Keperawatan:. Sebuah Jurnal Internasional untuk Profesional Kesehatan, 6 (2), 118-125.

Donnelly, PL (2000). Etika dan lintas budaya keperawatan. Journal of Transcultural Nursing, 11 (2), 119-126.

Heller, BR, Oros, MT, & Durney-Crowley, J. (2000). Masa depan pendidikan keperawatan: 10. Tren untuk menonton Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 9-13.

(Indonesia) Soeroto, A. Florence Nightingale, Bidadari Berlampu. Penerbit Djambatan. Seri "Kisah orang-orang yang telah berjasa". Cetakan pertama 1974. ISBN 979-428-073-9.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar