Disusun untuk melengkapi tugas Mata
Kuliah
“Etika Dalam Keperawatan”
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perawat adalah seorang tenaga
kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang
perawat harus mempunyai etika, karena
yang dihadapi perawat adalah juga manusia. Etika dapat membantu para perawat
mengembangkan kelakuan dalam menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima
pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat
dan lingkungan keperawatan.
Menjadi perawat merupakan pekerjaan yang tidaklah mudah, karena dalam memberikan asuhan keperawatan kita
selalu menghadapi pasien yang berbeda-beda baik dari penyakitnya, sifatnya,
tingkat emosinya dan lainnya. Untuk itu, diperlukan sikap sabar dan etika yang
luar biasa tentunya lebih baik dari orang lain yang bukan seorang perawat.
Sikap ini diperlukan agar saat pasien
kontak dengan kita merasa nyaman dan tenang, sehingga tercipta hubungan
yang baik. Dari hubungan yang baik itu, diharapkan proses pemberian asuhan
keperawatan dapat berjalan dengan sangat baik yang nantinya akan berpengaruh
pada proses penyembuhan yang bisa lebih cepat.
Etika dan nilai budaya Bangsa Indonesia mutlak diperlukan dalam profesi
keperawatan agar pelayanan yang diberikan kepada pasien dapat maksimal. Bukan hanya
dari perawatan medis tapi juga perawatan non medis yang akan membuat pasien
nyaman. Penerapan etika keperawatan yang dilaksanakan dengan sebenarnya akan
memberikan dampak yang baik bagi nama rumah sakit itu sehingga banyak orang
datang untuk berobat. Jadi jelas bahwa seorang perawat
harus benar-benar mempertimbangkan nilai-nilai moral dalam setiap tindakannya.
Seorang perawat harus mempunyai dan menerapkan
prinsip-prinsip moral dan nilai sosial budaya.
1.2 Rumusan
Masalah
- Apa pengertian Nilai, Sosial dan Budaya ?
- Bagaimana Nilai, Sosial dan Budaya Bangsa Indonesia dikaitkan dengan Etika Keperawatan?
- Bagaimana penerapan etika keprawatan dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya?
- Bagaimana sikap propesional perawat yang dapat dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya?
- Bagaimana Hubungan Nilai Sosial dan Budaya dengan Etika Keperawatan?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulis membuat makalah ini
pembaca dapat mengetahui:
- Pengertian Nilai, Sosial dan Budaya.
- Nilai, Sosial dan Budaya di Indonesia dikaitkan dengan Etika Keperawatan.
- Penerapan etika keperawatan dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya.
- Sikap profesional perawat yang dapat dikaitkan dengan Nilai, Sosial dan Budaya.
- Hubungan Nilai Sosial dan Budaya dengan Etika Keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nilai, Sosial, Budaya
Definisi “Nilai” menurut para ahli:
a. Nilai adalah
seperangkat keyakinan dan sikap-sikap pribadi seseorang tentang kebenaran
keindahan dan penghargaan dari suatu pemikiran objek atau perilaku yang
berorientasi pada tindakan dan pemberian arah serta makna kehidupan seseorang
(Simon, 1973)
b. Nilai adalah
gagasan mengenai apakah sesuatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti
(Horton dan Hunt, 1987)
c. Nilai adalah
keyakinan seseorang tentang sesuatu yang berharga kebenaran atau keinginan
mengenai ide-ide, objek, atau perilaku khusus (Znowski, 1974). Nilai-nilai
tersebut bersifat pribadi timbul dari pengalaman seseorang dan akan berbeda
untuk setiap orang.
Menurut kami nilai adalah hak-hak
manusia dalam mempertimbangan etis atau yang berkaitan dengan sikap baik
tidaknya seseorang. Contohnya yaitu orang menganggap bahwa menolong bernilai
baik dan mencuri bernilai buruk.
Nilai yang
sangat diperlukan oleh seorang perawat yaitu:
1. Jujur
2. Lemah lembut
3. Ketepatan
dalam tindakan
4. Menghargai
orang lain
Sosial adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan orang lain sebagai obyek baik nyata ataupun abstrak.
Contohnya ialah sikap tindakan dan perilaku individu di masyarakat selalu
mendapat perhatian dan berbagai macam penilaian.
Budaya adalah hasil budidaya manusia
yang berupa karya, karsa, cipta dan rasa. Sehingga setiap perawat memiliki
nilai dan perilaku pribadi masing-masing. Kode etika profesi membawa perubahan
perilaku personal kepada perilaku profesional dan menjadi pedoman bagi tanggung
jawab perorangan sebagai anggota profesi dan tanggungjawab sebagai warga
negara. Tanggung jawab propesional berdasarkan anggapan bahwa profesi
keperawatan berkerja sama dengan kelompok asuhan kesehatan (kelompok
asuhan yang dimaksud adalah profesi dokter, ahli gizi, tenaga farmasi , tenaga
laboratorium, kesehatan lingkungan dan lain-lain). Untuk meningkatkan
kesehatan, mengurangi penderitan, dan menemukan pencapaian tujuan berdasarkan
kebutuhan manusiawi. Setiap perawatan harus bertanggung jawab kepada seseorang
yang sakit maupun yang sehat.
2.2 Nilai,
Sosial, Budaya Bangsa Indonesia Dikaitkan dengan Etika Keperawatan
Nilai Sosial Budaya Bangsa Indonesia
meliputi:
- Rasa malu dan Harga Diri
Sebagai seorang perawat harus
memiliki rasa malu dan harga diri. Dalam kaitannya dengan etika keperawatan,
perawat harus memiliki rasa malu jika bertingkah atau bersikap tidak sewajarnya
di rumah sakit seperti berkelahi, menggosip, tertawa dengan keras dan
lain-lain. Serta mampu menjaga harga dirinya artinya menjaga kehormatannya baik
untuk dirinya sendiri maupun untuk nama baik dari Rumah Sakit tempat dia
bekerja, tidak melakukan tindakan asusila, tidak memakai baju seragam perawat
dibawa untuk jalan-jalan dengan kekasih dan lainnya.
- Kerja Keras
Perawat yang baik adalah seseorang
yang mampu dan suka bekerja keras terutama dalam proses keperawatan
seperti, pengkajian, analisa dan
diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementsi dan evaluasi. Semua proses keperawatan itu harus dikerjakan secara
maksimal agar askep yang diberikan dapat maksimal dan sesuai dengan kebutuhan
pasien, untuk mendapatkan hasil yang maksimal tersebut seorang perawat harus
bekerja keras dalam melaksanakan tugasnya dan tidak pernah merasa lelah ataupun
mengeluh.
- Rajin dan Disiplin
Perawat dalam melaksanakan
pekerjaannya harus rajin dan disiplin dalam arti tidak boleh meninggalkan tugas
tanpa izin atau tanpa keterangan apapun juga harus disiplin baik disiplin waktu
yaitu datang tepat waktu agar pasien tidak terbengkalai dan askep yang diberikan
dapat sesuai rencana, dan disiplin dalam memberikan askep obat yang diberikan
harus sesuai dengan kebutuhan pasien.
- Menghargai
Sebagai seorang perawat kita tidak
boleh bersikap angkuh, sombong judes kita harus menghargai pasien sebagaimana
kita menghargai kedua orang tua kita, karena kita akan lebih dihargai pasien
jika kita menghargai mereka.
- Empati
Sikap Empati adalah sikap bisa
memahami perasaan pasien dan keluarganya, mengerti apa yang sedang dirasakan
pasien sekalipun itu perasaan yang sedih mendalam. Tetapi kita tidak boleh ikut
larut dalm kesedihan tugas perawat adalah menenangkan dan memberikan keyakinan
serta semangat baik kepada pasien maupun keluarga bahwa sakit pasien tersebut
akan segera sembuh.
- Sabar dan Syukur
Dalam menjalankan tugas seorang
perawat dituntut memiliki sifat sabar yang tinggi karena setiap pasien memiliki
karakteristik yang berbeda-beda ada yang emosional, ada yang cerewet. Jadi
dalam menghadapi semua itu sebagai perawat harus menghadapinya dengan penuh
kesabaran.
- Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya,
seorang perawat yang memiliki etika akan dapat dipercaya baik oleh pasien,
keluarga pasien dan rekan kerja perawat yang lain. Untuk menumbuhkan sikap
kepercayaan atau amanah, seorang perawat harus mulai bersikap jujur baik kepada
pasien, keluarga pasien dan tim kesehatan lainnya agar askep yang diberikan
dapat maksimal.
- Solidaritas
Memiliki rasa solidaritas tinggi akan
mempermudah pekerjaan perawat itu sendiri. Rasa solidaritas adalah rasa yang
timbul dalam diri seseorang untuk merasakan sakit atau penderitaan seorang
sehingga timbul keinginan untuk membantu. Perawat harus memiliki rasa
solidaritas tinggi agar peka terhadap permasalahan pasienya.
- Keadilan dan Budi Pekerti Tinggi
Sebagai seorang perawat kita harus bersikap
adil terhadap pasien dengan memperlakukan sama baik kaya, miskin, seagama
maupun beda agama, sesuku tidak sesuku, semuanya sama. Menghargai pasien dengan
cara bicara yang lembut, sopan, tidak membentak-bentak dan sikap ini tidak
hanya dilakukan kepada pasien tapi juga
keluarganya. Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk
kepribadian yang baik. Bagi anggota
perawat, kepribadian yang baik adalah penting, karena perawat adalah seorang yang memberikan pelayanan atau
perawatan baik terhadap orang sakit maupun terhadap orang sehat. Perawatan
bukan saja merupakan keahlian untuk
sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga merupakan
pekerjaan yang suci.
- Gotong Royong
Gotong Royong merupakan kerjasama.
Ini adalah budaya Indonesia yang sangat dihargai oleh masyarakat luar negeri.
Dalam kaitannya dengan etika keperawtan gotong royong disini merupakan
kolaborasi atau kerja sama dengan tim kesehatan lainnya di Rumah Sakit. Tidak
mungkin askep yang diberikan berjalan dengan baik tanpa kolaborasi yang baik
dari tim kesehatan seperti dokter, perawat, ahli gizi dan lain sebagainya.
- Adat Ketimuran
Berpakaian sopan, bicara lemah-lembut. Bersikap sopan merupakan adat
ketimuran yang harus diterapkan dalam etika keperawatan. Dengan berpakaian dan
berbicara sopan itu semua akan meningkatkan derajat dan status sosial kita di
masyarakat, sehingga kita akan dipandang secara terhormat.
2.3 Penerapan Etika Keperawatan dalam Nilai Sosial
Budaya
Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat
harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia.
Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat
diharapkan harus ramah, baik bertabiat halus atau lembut, jujur dapat
dipercaya, cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggungjawab moral yang
perilng baik. Perawat harus berperilaku yang dapat dihargai orang lain,
menyadari bahwa dirina adalah perawat yang perilakunya akan mengetahui
pasien,teman, keluarga, dan masyarakat. Apabila perilakunya tidak diterima, dia
akan dikritik oleh teman sejawat atau masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan
pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang
perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien. Dengan hubungan
baik ini, maka akan terjalin saling menghormati dan menghargai diantara
keduanya.
Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam menjalankan
kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat
mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan.
Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar
dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi
pekerti yang saling berhubungan, maka 2 hal ini tidak dapat
dipisah-pisahkan.
Selain dengan tujuan tersebut, dapat dikemukakan bahwa nama baik Rumah Sakit antara lain ditentukan oleh pendapat atau kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai-pegawai kesehatan
lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk
jabatan perawat.
2.4 Sikap
Profesional Perawat Dikaitkan dengan Nilai Sosial Budaya
Perawat menggambarkan persaudaran
penting dalam tanggung jawab sosial. Setiap oarang paling tidak mempunyai
seorang teman dekat dan beberapa teman biasa. Teman adalah seorang yang
membantu kita dalam mengerjakan sesuatu. Persahabatan sangat penting dalam
kehidupan, diperlukan untuk membantu kita menjadi seseorang yang kita
kehendaki. Teman adalah seseorang yang kita banggakan membuat kita senang, dan
kepada siapa kita bertukar pengetahuan.
Dalam keperawatan, merupakan perilaku
yang tidak benar apabila membayangkan orang lain yang menjadi tanggung jawab.
Kadang–kadang ada perbedaan anggapan tentang perilaku yang baik, tetapi kebanyakan
akan setuju apabila seseorang mempertahankan standar profesi yang akan membawa
dirinya dalam situasi professional. Keberhasilan perawat dalam keperawatan
bergantung pada konsep diri dan tuanya menjadi perawat. Kemampuan intektual
perawat sangat penting. Kemampuan ini diukur dengan barbagai cara perawat
memenuhi tanggung jawab keperawatan.
Intergritas pribadi sangat penting
dalam keperawatan, semua orang harus jujur kepada dirinya sendri. Ini
memberikan dasar integritas dalam kehidupan profesionalnya. Akan ada
kemungkinan terjadi kesalahan. Orang yang berhati besar mengakui kesalahanya,
tetapi orang berhati kecil tidak akan mengatakan apa-apa, tetapi bertahun tahun
akan menderita karena perasaan bersalah. Apabila perawat membuat kekeliruan,
sebaiknya dibicarakan dengan orang yang tepat dan tentukan pengetahuan ,
keterampilan atau sikap yang mendasari terjadinya kekeliruan.
2.5 Hubungan
Nilai Sosial Budaya dengan Etika Keperawatan
Hubungan dengan budaya Indonesia
menganut kebiasaan timur, saling menghormati terutama kepada orang yang lebih
tua, baik tua dalam usia , dalam pengalaman, dalam pendidikan, maupun dalam
kedudukan.
Masyarakat Indonesia terkenal sangat
ramah, mempunyai sifat gotong royong, keberhasilan dalam pergaulan akan
terarah pada diri kita masing-masing. Kita tidak bisa memanggil nama orang
dengan “nama saja” kepada orang yang belum banyak dikenal pasien kita,
lebih-lebih pada orang yang lebih tua. Hendaknya memangil orang dengan predikat
yang telah umum digunakan di daerah setempat agar lebih akrab, misalnya dengan
memanggil “ Mbak” untuk wanita dan “Mas” untuk pria, memangil “Ibu” atau
“Bapak” kepada wanita dan pria yang lebih tua di daerah Jawa. Begitu pula
di daerah lain, bisanya panggilan “Bapak” dan “Ibu” diterima juga di daerah lain
untuk yang muda maupun yang tua.
Penghargaan jasa kecil apapun harus
diberikan, misalnya dengan ucapan “terima kasih” terhadap tindakan yang memantu
kita. Komunikasi dimulai ketika bertemu denga orang lain. Banyak bahan untuk
memulai komunikasi , misalnya mengucapkan “ Selamat pagi” atau “Selamat siang”
atau “Selamat malam”, sesuai dengan waktu pertemuan perawat dan pasien. Perawat
yang lebih muda biasanya menghargai
atasan atau seniornya dengan berbagai cara, misalnya menundukkan kepala dan
menyapa ketika berpapasan, sopan santun, mendahulukan mereka untuk lewat atau
memberikan mereka tempat duduk yang lebih depan, memberikan kesempatan mereka
berbicara lebih dahulu dan lain-lain.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian diatas, penulis dapat menarik beberapa
kesimpulan. Bahwa, nilai-nilai sosial budaya bangsa (NSB) dapat menjadi landasan bagi
pembentukan karakter dan etika profesi keperawatan. Etika keperawatan merupakan
penuntun bagi perawat tentang bagaimana harus bertingkah laku dalam praktek
sehari-hari. Berkembangnya nilai-nilai sosial budaya bangsa kearah yang positif
akan memberikan perkembangan yang positif pula.
Peran etika keperawatan sangat berkaitan dengan
nilai sosial budaya. Seorang perawat dalam
menghadapi pasien, harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah
manusia juga. Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien. Dan perawat
diharapkan harus ramah, baik berbuat halus dan lembut, jujur dapat dipercaya,
cerdas , cakap, terampil, dan mempunyai tanggung jawab moral yang paling baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin bila ia mampu membantu penyembuhan
pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan,
dengan kata lain terjadi interaksi perawat dan pasien.
3.2 Saran
Seorang perawat yang pertama harus
mencintai pekerjaannya. Perawat harus mempunyai
kepribadian yang baik.Perawat sebisa mungkin menjalin komunikasi dengan pasien,
sehingga bisa terjalin hubungan yang akrab diantara keduanya. Perawat harus bisa menempatkan diri dimana ia berada. Seorang perawat harus
mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama. Karena
dengan begitu, menjadikan hubungan perawat dan pasien terjalin dengan baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan
pasien dan si pasien merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadilah interaksi perawat dan pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
Andrews, MM
(1999). Keragaman budaya dalam tenaga kerja perawatan kesehatan. Dalam MA
Andrews & JS Boyle, konsep Transcultural dalam asuhan keperawatan (3
rd ed, pp 471-506.). Philadelphia: Lippincott.
Bellack, JP, & O'Neil, EH (2000). Menciptakan praktek keperawatan bagi
abad baru. Rekomendasi dan implikasi dari laporan akhir PPS kesehatan profesi
komisi Perspektif Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 14-21.
Davis, AJ
(1999). Global pengaruh keperawatan Amerika: Beberapa isu-isu etis Etika
Keperawatan:. Sebuah Jurnal Internasional untuk Profesional Kesehatan, 6
(2), 118-125.
Donnelly, PL
(2000). Etika dan lintas budaya keperawatan. Journal of Transcultural
Nursing, 11 (2), 119-126.
Heller, BR, Oros, MT, & Durney-Crowley, J. (2000).
Masa depan pendidikan keperawatan: 10. Tren untuk menonton Perspektif
Perawatan dan Kesehatan, 21 (1), 9-13.
(Indonesia)
Soeroto, A. Florence Nightingale, Bidadari Berlampu. Penerbit Djambatan. Seri
"Kisah orang-orang yang telah berjasa". Cetakan pertama 1974. ISBN
979-428-073-9.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar